Monday, November 22, 2010

Pemerintah Gelontorkan Rp 1 Triliun untuk Genjot Inovasi Pertanian


Pemerintah menegaskan akan terus meningkatkan penelitian dan pengembangan (litbang) di sektor pertanian. Karena itu pemerintah menyediakan anggaran Rp 1 triliun lebih untuk mendorong terciptanya inovasi sektor pertanian yang bisa menjawab tantangan perubahan iklim dan krisis energi.
“Anggaran litbang sudah di atas Rp 1 triliun di 2011,” kata Menteri Pertanian Suswono di acara Expo Nasional Inovasi Perkebunan (ENIP) 2010 di JCC, Jakarta, Jumat (12/11).
Suswono mengatakan peningkatan litbang pertanian sejalan dengan peningkatan alokasi anggaran. Namun yang paling penting lagi, lanjut Suswono, perlu upaya bersama dan terpadu dengan pihak lain seperti kementerian riset dan teknologi.
“Kementerian pertanian memang fokus pada riset untuk meningkatkan daya saing,” katanya.
Meski ia mengakui saat ini hasil-hasil litbang pemerintah di bidang pertanian belum banyak menyentuh petani di tingkat bawah. Masalah sosialisasi sangat penting agar hasil litbang pertanian tak menjadi menara gading atau tak tersentuh oleh para petani.

“Hasil penelitian dengan tenaga penyuluh akan kita tingkatkan,” jelasnya.
Ia juga mengatakan secara prinsip pemerintah membuka diri dengan kalangan swasta untuk mengembangkan hasil penelitian. Cara ini bisa menjadi mekanisme yang efektif agar hasil penelitian pertanian khususnya di sektor perkebunan bisa bermanfaat bagi para petani.
MENTAN: PRODUKSI PADI MENINGKAT 2,46 PERSEN
Menteri Pertanian Suswono mengatakan produksi padi berdasarkan angka ralaman III BPS tahun 2010 mencapai 65,98 juta ton gabah kering giling atau meningkat 2,46 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya.
“Peningkatan produksi padi tersebut antara lain didukung peningkatan produktivitas maupun perluasan panen,” kata Suswono saat memberikan bantuan sarana produksi dan benih kepada kelompok tani secara simbolis di Slawi, Jawa Tengah, Senin.
Selain itu, produksi padi meningkat juga didukung oleh iklim yang basah selama 2010.
Dia mengatakan, peningkatan tersebut juga terjadi pada jagung menjadi 17,85 juta ton pipilan kering atau meningkat 1,22 persen.
“Suatu saat kita mengharapkan bisa ekspor beras kalau sudah surplus. Berdasarkan perhitungan kalau sudah 90 persen ketutuhan dalam negeri sudah bisa dipenuhi maka disebut surplus. Indonesia sudah lebih dari 90 persen kebutuhan diproduksi sendiri,” katanya.
Akan tetapi khusus produksi kedelai justru turun pada periode sama hanya mencapai 905,02 ribu ton biji atau turun 7,13 persen.
“Turunnya produksi kedelai tersebut karena pengaruh cuaca. Di mana sepanjang tahun 2010 hanya ada satu musim, yakni musim hujan,” katanya.
Guna meningkatkan kembali produksi kedelai tersebut, pihaknya akan memeperluas lahan antara lain bekerjasama dengan Perhutani dengan luasan sekitar 500 ribu hektare.
“Kini kita masih impor karena kebutuhan sesungguhnya 2,1 juta ton, sedangkan produksi baru mencapai sekitar 900 ribu ton,” katanya.
Pada kesempatan tersebut Mentan mengadakan dialog dengan para kelompok tani yang hadir dengan menampung berbagai keluhan dan usulan para kelompok tani.
Ia antara lain menegaskan, bantuan alat produksi petani hendkanya dirawat dengan baik dan sesuai prosedur teknis, misalnya traktor tangan.
“Jika prosedur teknis sudah dipenuhi, masih teradapat alat yang kurang baik, maka bisa saja alat tersebut ke depan tidak dipakai lagi,” katanya.
Sebaliknya, jika hanya terjadi satu dua yang kurang baik, mungkin karena perawatan yang tidak betul, tambahnya. (detikcom/Ant/SIB)

No comments:

Post a Comment